Ketika tahun 1970, jalan-jalan di Kota Balikpapan masih belum beraspal, hanya
sebagian jalan terumatan di sepanjang jalan Jendral Sudirman dari Pelabuhan
hingga daerah Klandasan saja yang sudah beraspal.
Sementara jalan umum seperti di Daerah Prapatan dan Gunung sari masih belum
beraspal atau masih berupa jalan setapak yang bila diguyur hujan akan becek dan
penuh genangan air.
Saat itu, satu-satunya angkutan umum yang menjadi transportasi warga Balikpapan
adalah Taksi kayu, disebut begitu karena rangka seluruh badan kendaraannya
terbuat dari kayu. Setiap kali rodanya masuk kubangan, maka menimbulkan
guncangan yang luar biasa.
Saparudin warga Kelurahan Prapatan rt 38, tahu betul bentuk taksi kayu
tersebut, bukan karena sering mengendarainya tapi karena ia bekerja disebuah
tempat pencucian mobil kayu tersebut.
"Dulu orang tidak menyebut taksi kayu, tapi dijuluki taksi jamban,"
kenang Sapar. Bentuk taksi Jamban terbilang unik, kalau dijaman sekarang
bentuknya kurang lebih mirip kijang kapsul. taksi jamban bisa memuat lebih dari
sepuluh penumpang karena kursi sengaja dibuat memanjang di samping dan semua
penumpang akan duduk berhadapan.
Taksi Jamban tidak pernah sepi penumpang, sekali narik taksi akan penuh sesak,
isinya mulai dari orang berada, pedagang, sayuran hingga ayam.mungkin karena
dulu jarang kendaraan sehingga menjadi angkutan favorit masyarakat, tidak
seperti sekarang dimana lebih banyak taksi tapi sedikit penumpang.
"Ongkosnya sekali naik 2 rupiah," kata Sapar.
Rute taksi jamban tidak terlalu jauh, Kalau umpanya berangkat dari prapatan
tujuan terakhir adalah sampai terminal di Klandasan, terminal itu dijuluki
terminal kambing karena disekitar terminal banyak orang berjualan kambing.
lokasinya tepat berada didepan Masjid Agung At-taqwa Klandasan.
"Sekarang terminalnya sudah jadi gedung Bank BRI," kata Sapar.
menurut Sapar sepanjang yang dia tahu, lokasi masjid Attaqwa dan Pasar Klandasan
yang hingga kini masih orisinil karena belum pernah dipindah. Ketika saya
berknjung ke bekas lokasi Terminal Kambing tempat mangkal taksi Jamban, saya
tidak melihat lagi orang berjualan kambing, disana hanya berdiri Gedung megah
Bank BRI dan pemukiman penduduk. "Sekarang kalau lebaran saja masih ada
orang jual kambing disana," lanjut Sapar.
Lambat laut, seiring perubahan zaman, pamor taksi jamban mulai menurun, ketika
jepang berkuasa dan berbagai produk negeri tirai bambu mulai masuk juga ke
Balikpapan. Taksi jamban kalah pamor dengan taksi merk honda, nasib takjsi
jamban pun kian terpouruk dan akhirnya hilang dari predaran.
Hari sudah mulai gelap, ketika saya selesai sholat ashar di masjid Attaqwa
pekan lalu, diluar hujan masih mengguyur, kini masjid itu sedang dirombak total
dengan bangunan yang lebih modern. di depan masjid itulah terminal taksi
Jamban, saya jadi ingin menaikinya jika sekarang masih ada yang punya
Sumber: Mustofha Bisri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar