Kamis, 27 Februari 2014

Taksi Jamban "Taksi Unik Balikpapan"



Ketika tahun 1970, jalan-jalan di Kota Balikpapan masih belum beraspal, hanya sebagian jalan terumatan di sepanjang jalan Jendral Sudirman dari Pelabuhan hingga daerah Klandasan saja yang sudah beraspal.

Sementara jalan umum seperti di Daerah Prapatan dan Gunung sari masih belum beraspal atau masih berupa jalan setapak yang bila diguyur hujan akan becek dan penuh genangan air.

Saat itu, satu-satunya angkutan umum yang menjadi transportasi warga Balikpapan adalah Taksi kayu, disebut begitu karena rangka seluruh badan kendaraannya terbuat dari kayu. Setiap kali rodanya masuk kubangan, maka menimbulkan guncangan yang luar biasa.

Saparudin warga Kelurahan Prapatan rt 38, tahu betul bentuk taksi kayu tersebut, bukan karena sering mengendarainya tapi karena ia bekerja disebuah tempat pencucian mobil kayu tersebut.

"Dulu orang tidak menyebut taksi kayu, tapi dijuluki taksi jamban," kenang Sapar. Bentuk taksi Jamban terbilang unik, kalau dijaman sekarang bentuknya kurang lebih mirip kijang kapsul. taksi jamban bisa memuat lebih dari sepuluh penumpang karena kursi sengaja dibuat memanjang di samping dan semua penumpang akan duduk berhadapan.

Taksi Jamban tidak pernah sepi penumpang, sekali narik taksi akan penuh sesak, isinya mulai dari orang berada, pedagang, sayuran hingga ayam.mungkin karena dulu jarang kendaraan sehingga menjadi angkutan favorit masyarakat, tidak seperti sekarang dimana lebih banyak taksi tapi sedikit penumpang. "Ongkosnya sekali naik 2 rupiah," kata Sapar.

Rute taksi jamban tidak terlalu jauh, Kalau umpanya berangkat dari prapatan tujuan terakhir adalah sampai terminal di Klandasan, terminal itu dijuluki terminal kambing karena disekitar terminal banyak orang berjualan kambing. lokasinya tepat berada didepan Masjid Agung At-taqwa Klandasan.

"Sekarang terminalnya sudah jadi gedung Bank BRI," kata Sapar. menurut Sapar sepanjang yang dia tahu, lokasi masjid Attaqwa dan Pasar Klandasan yang hingga kini masih orisinil karena belum pernah dipindah. Ketika saya berknjung ke bekas lokasi Terminal Kambing tempat mangkal taksi Jamban, saya tidak melihat lagi orang berjualan kambing, disana hanya berdiri Gedung megah Bank BRI dan pemukiman penduduk. "Sekarang kalau lebaran saja masih ada orang jual kambing disana," lanjut Sapar.

Lambat laut, seiring perubahan zaman, pamor taksi jamban mulai menurun, ketika jepang berkuasa dan berbagai produk negeri tirai bambu mulai masuk juga ke Balikpapan. Taksi jamban kalah pamor dengan taksi merk honda, nasib takjsi jamban pun kian terpouruk dan akhirnya hilang dari predaran.

Hari sudah mulai gelap, ketika saya selesai sholat ashar di masjid Attaqwa pekan lalu, diluar hujan masih mengguyur, kini masjid itu sedang dirombak total dengan bangunan yang lebih modern. di depan masjid itulah terminal taksi Jamban, saya jadi ingin menaikinya jika sekarang masih ada yang punya


Sumber: Mustofha Bisri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar